COPYRIGHT INTERNATIONAL RELATIONS, AMANDIO VIEIRA DA COSTA. All Our Dreams Can Come True, If We Have The Courage To Pursue Them

Friday, February 10, 2012

Evo Morales Sang Figur Kontroversial

Seorang Indian Aymara, Evo Morales, telah menjadi figur kunci sekaligus kontroversial di Bolivia dalam beberapa tahun terakhir ini. Pemimpin Gerakan Menuju Sosialisme (MAS) ini berhasil tampil mengejutkan dengan mendapat posisi kedua dalam pemilihan presiden pada tahun 2002. Dia kemudia memainkan peran penting dalam demostrasi penuh aksi yang menurut nasionalisasi sektor energi yang mengarah pada pelengseran Presiden Gonzales Sanches de Lozada pada oktober 2003.

Pada baru-baru ini, Morales telah menjadi sekutu dekat secara ideologi dengan pemerintahan saya kiri Venezuela, seperti Presiden Hugo Chaves, yang merupakan pengkritik vokal terhadap Amerika Serikat.


Morales mendasari kekuasaannya dalam area pertania koka di pusat Bolivia. Dengan menjaling ikatan dengan para petani koka, dia pun mendapatkan label “ pemersatu perdagangan narko” oleh Sanches de Lozada yang di masa lalu membuka penghukuman dari Washintong.

Morales sekarang bisa menjadi presiden pertama dari kalangan penduduk asli Indian. Dengan mengesampingkan berbagai pertimbangan etnik, negara Amerika Selatan bisa di lihat sebagai salah satu bangsa-bangsa di mana pemimpin bergaya Chaves akan memenangkan pemilihan dan selanjutnya menekan kawasan Amerika Selatan itu dipaksa menjadi kekiri-kirian.

Pemberontakan
Morales adalah orang yang bertipikal suka sekali mengeluarkan pikiran-pikirangya dengan terbuka dan juga keras kepala. Dia menolak menerima segala sesuatu selain pengunduran diri Presiden Sanches de Lozada atas permasalahan gas dan berbicara tentang demostrasi yang menjadi wadah pemberontakan bagi masyarakat Indian melawan elite minoritas berkulit putih.

Bolivia mempunyai seorang Indian yang sangat kuat dan pembagian etnik pun berlangsung mendalam. Morales, yang masa mudanya menjadi pengembala Ilama an pemain terompet dalam suatu band, telah memainkan sebuah peran penting dalam perjuangan penduduk asli dan konflik antara para petani koka dengan program pemberangusan obat-obatan terlarang yang didukung Amerika Serikat.

Morales dikeluarkan dari pemerintah sebelumnya setelah tiga polisi terbunuh saat para petani berusaha membela diri dalam mempertahankan penutupan pasar koka. Tapi kekurangan bukti dan rumor yang kedutaan Amerika Serikat ada dibelakang pencoretannya memperkuat pendapat populer bahwa dia bukanlah menjadi bagian dari apa yang orang anggap sebagai seorang elite politik yang korup.

Pada pemilihan tahun 2002, kanpanyenya menerima dorongan yang kuat ketika kedutaan Amerika di Bolivia, Manuel Rocha, memberi peringatan bahwa Washington bisa menhengtinka bantuan juka rakyat Bolivia memilih kandidat seperti Morales. Komentar itu pun memperkuat posisi morales di antara sektor-sektor tertentu.

Kontrol Atas Gas
"Saya adalah Petani koka.
saya mengolah daun koka,
yang menjadi produk alamia
di kawasan kami. namun saya
tidak akam menjadikan daun
koka menjadi kokain."
(Evo Morales)
Meskipun protes yang berlansung terpusat pada masalah eksport gas Bolivia, Morales tetap saja menfokuska perhatian pada masalah tekanan pemerintah terhadap persoalan koka.

Saya bukanlah pedangang obat-obatan terlarang, “katanya pada media.

Saya adalah petani koka. Saya hanya mengolah daun koka, yang menjadi produk alami daerah kami. Saya tidak akan menjadikanya menjadi kokain, dan baik kokain maupun obat-obatan terlarang bukan menjadi bagian dari  budaya Andean.”

Dia tidak hanya menentang program penghapusan koka yang di danai Amerika Serikat. Dia juga mencari beberapa bentuk kontrol nasional terhadap cadangan gas Bolivia yang sangat besar, yakni terbesar kedua di kawasan Amerika Selatan.
                                                                                                            
Dia berjanji merebut kekuasaan dari para politis yang menurutnya telah “merampok” Bolivia dan mengembalikan segala keuntungan hidrokarbon bangsa kepada rakyat. Sebagian percaya, dia adalah seorang pemimpin berbahaya yang bisa menghancurkan Bolivia dan mengisolasikannya secara internasional, yang kemudian medorong bangsa kearah kemiskinan. Tapi, bagi sebagian yang lain berharap, dia adalah seorang yang bisa membuka horizon bagi masa depan  yang lebih baik di negara-negara termiskin di Amerika Selatan tersebut. 

"Evo Morales Melambaikan Tangannya sesaat setelah dilantik menjadi Presiden"
"Evo Morales bersama dengan Fidel Castro (Presiden Cuba) dan Hugo Chavez
(Presiden Venezuela). Tiga Presiden penentang kekuasaan Amerika Serikat."

      
Referensi:
Robert E.Quirk, dkk, Poros Setan, Jl.Angrek 97 A - 97 B Sambilegi Lor, Maguwoharjo, Depok, Sleman, Jogjakarta, Penerbit AR-RUZZ MEDIA GROUP, 2007.





2 comments: